Siapa Pun Bisa!

Seri : Motivasi

Penulis : Dikdik Andhika Ramdhan

Ketika segala apa yang tersirat menjadi do'a, serta ketika segala apa yang terucap menjadi harap. Maka, ucap syukur akan menjadi satu bekal menuju sempurnanya nikmat.


Menemukan wajah-wajah yang hampir sama di tiap pagi, menyemai riak-riak rona di antara mereka, kini menjadi satu kebiasaan baru bagiku. Ketika sebuah bis yang melaju menuju pusat kota ini menjadi saksi atas kehadiran azzam dan niat yang ada dalam setiap diri kami.


Aku berada, menjadi satu di antara sekian banyak orang itu. Ketika pandang ini mulai membuka lelap, maka tak habis pikir, suatu hal yang menjadikan begitu wajar mendapati mata-mata terlelap, bukan hanya ditemui dari mereka yang duduk nyaman di kursi, tapi pula hal itu aku temui dari orang-orang yang hanya dengan sesongsong lengannya mengait di sebuah tiang memanjang bagian bus itu.


Menemukan pemandangan seperti ini memang akan menjadi sebuah hal yang seakan terbiasa untuk bisa, dan tentunya hal ini bisa anda temui dari para pekerja yang berasal dari pinggiran kota menuju pusat metropolitan di pagi hari. Mungkin sejak pagi buta, ataukah usai shubuh mereka telah berdiri menunggu hadirnya bis yang akan membawa dirinya menuju satu sisi hidup yang baru, demi mengejar harap dan menyempurnakan ikhtiar dalam menjalani hidup ini.


Aku melemparkan senyum ketika bapak tua itu mempersilakan diriku untuk menuju ke bagian dalam bis. Kulitnya sudah mulai keriput, meski masih terlihat jelas sisa-sisa kegagahan tubuhnya di sosok tubuh itu. Matanya mulai agak menohok kedalam, glambir kulit di bawah kelopak matanya jelas terlihat menghias bagai renda yang terurai di ujung kain pesta.


Bis tiba-tiba berhenti, ketika kami terjebak dalam barisan panjang antrian kemacetan di pagi ini. Semua diam. Yang ada hanyalah tarikan nafas-nafas panjang yang seakan tak rela menyembur di antara hembusan sesak disaat itu.


Gerutuan kecil mulai terdengar ketika setengah jam berlalu, bis belum juga bisa menembus di antara sesaknya suasana jalanan tol ibu kota.
Matahari saat itu semakin menampakkan cahayanya. Hawa panas segera menyergap diri-diri ini, mengalahkan air conditioner yang tak lagi berjaya menghembuskan dinginnya suasana seperti beberapa saat sebelumnya.


Aku masih terpaku, ketika tiba-tiba bapak tua yang ada di depanku berteriak lantang menyuruh pak sopir untuk segera menuju ke arah kiri badan jalan. Sesaat kemudian, sejenak pak sopir mendongakkan wajahnya. Mungkin ia heran dibuatnya. Bukan bapak tua itu yang seharusnya memberikan aba-aba, tapi kernet yang berada di posisi itu membimbing arah jalan di sebelah kiri yang tak sepenuhnya jelas terlihat oleh sang sopir. Tapi ternyata memang sang kernet tak bisa bertindak banyak disaat penuh sesak seperti itu. Hingga posisi yang lebih memungkinkan untuk membimbing sang sopir justru ada di pak tua itu.


Aku tertegun dibuatnya. Subhanallah, satu pengingat bagiku, ternyata untuk menunjukkan sebuah kebaikan kepada orang lain, tidak mesti menjadi seorang yang bertitel alim seperti halnya seorang ustadz misalnya. Siapa pun bisa bebuat itu, seperti halnya bapak tua tadi yang sebetulnya tak ada sedikit pun tugas bagi dirinya melakukan itu, tapi ternyata ia bisa.


Juga tentunya ini pun pengingat bagi kita, ketika berada di posisi sang sopir, ternyata tak melulu mesti hanya memercayai titah dari satu orang saja yang kita anggap lebih dalam hal keilmuannya dari kita, untuk kita laksanakan perintahnya. Namun, siapa pun dia, jika memang apa yang disampaikannya bisa menunjukkan jalan kita menuju arah yang lebih baik, ternyata bisa.


Bukankah betul kiranya, Undzur ma qala, wa laa tandzur man qala. "Lihatlah apa yang dibicarakan, jangan melihat siapa yang bicara."
Perlahan bis mulai berjalan kembali, meski masih terseok di pinggiran bahu jalan, namun kini sedikit demi sedikit mulai menapaki laju kembali meninggalkan ramainya kemacetan di satu sisi ibu kota.


Satu perintah, satu pula pengingat bagi diriku yang mungkin semakin hari kadang lupa ini semakin menyelimuti diri. Perintah untuk tetap bisa menjadi bagian penunjuk kebaikan dan juga untuk tidak malu ketika menerima petunjuk kebaikan dari orang lain.
Alhamdulillaahirabbil'alamiin...

Comments

Popular posts from this blog

Masjid Populer Di Jerman

Mengenai Masjid Al Mukarramah

Ucapan Lemah Lembut pada Orang Tua