Posts

Showing posts from March, 2014

Tidak Bisa Membalas Budi Baik Orang Tua

Satu tarikan nafas saat melahirkan kita sungguh sulit dibalas apalagi jasa beliau yang lainnya. Ternyata jasa dan budi baik orang tua sulit untuk dibalas. Dari Abu Hurairah dari "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدًا إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ "Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika dia menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian membebaskannya." (HR. Muslim no. 1510) Dari Abi Burdah, ia melihat melihat Ibnu Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar ka'bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung, إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ -  إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا [1] لَمْ أُذْعَرُ Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari. ثُمَّ قَالَ : ياَ ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا ؟  قَالَ : ل

KATEGORI HADITH

1. Hadis Mutawatir: Hadis yang diketahui/diriwayatkan oleh beberapa bilangan orang yang sampai menyampai perkhabaran (Al-Hadis) itu, dan telah pasti dan yakin bahawa mereka yang sampai menyampai tersebut tidak bermuafakat berdusta tentangnya. Hadis Mutawatir, yaitu hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta atas Nabi Muhammad saw., sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, "Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka. " (H.R Bukhari, Muslim, Ad Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim). Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis Mutawatir tidak banyak. Hadis Mutawatir terbagi dua: a. Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi, b. Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi. 2. Hadis Mashyur: Hadis uta

Kehidupan SALAFUSSOLEH (Sahabat-sahabat Rasullallah SAW)

Image
Mari kita lihat gambaran secara umum suasana masyarakat para sahabat (salafussoleh) selepas dididik oleh Rasulullah SAW. Biar saya senaraikan ciri-ciri kebaikan yang ada pada mereka, yang menjadikan mereka umat terbaik bagi seluruh zaman.     Perlu diingat bahawa kebaikan yang ada pada masyarakat para sahabat (salafussoleh) adalah kebaikan menurut Al Quran dan Sunnah, yang mungkin tidak ada nilai kebaikan pada setengah-setengah orang Islam sekarang. Memang kalau Islam tidak dipelajari dan tidak diyakini secara terperinci dan menyeluruh, corak pemikiran dan skil penilaian seseorang itu tidak akan tepat sebagaimana yang diminta oleh orang Islam itu sendiri. Satu-satunya cara penyelesaiannya ialah dengan menyelaraskan ilmu dan kefahaman Islam pada umat Islam agar ia tepat dan lurus sebagaimana yang dikehendaki oleh Al Quran dan Sunnah. Barulah nanti umat islam tidak berkrisis lagi dalam menilai sesuatu, terhadap yang baik semuanya mengatakan baik dan terhadap yang buruk semua

Bapa-Bapa Saudara Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam   Syarah Al Aqidah Al Washithiyyah   (411) menjelaskan: Paman-paman Rasulullah   Shallallahu'alaihi Wasallam   ada sepuluh orang. Namun yang hidup di masa Islam ada empat orang, dua orang tetap dalam kekufuran dan dua orang lagi memeluk Islam. Yang tetap pada kekufuran yaitu: Abu Lahab . Ia telah banyak berbuat buruk kepada Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam   dengan keburukan-keburukan yang besar. Bahkan Allah Ta'ala menurunkan satu surat khusus untuknya dan untuk istrinya si pembawa kayu bakar, yang mencela dan memberikan ancaman untuk mereka berdua. Abu Thalib . Ia telah berbuat baik kepada Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dengan kebaikan-kebaikan yang besar dan masyhur. Diantara hikmah Allah   Azza Wa Jalla   menetapkan Abu Thalib tetap dalam kekufuran ialah, andaikan ia tidak kafir, tidak terwujud pembelaannya terhadap Rasulullah   Shallallahu'alaihi Wasallam . Bahkan Abu Thalib akan diganggu sebagaimana gangg

Dahulukan Ilmu Sebelum Amal

Seseorang   tidak akan bisa melakukan dengan benar beragam perbuatan wajib, menjauhi perbuatan haram, kemaksiatan, melaksanakan amalan-amalan sunnah, kecuali dengan dasar ilmu. Ilmu menjadi landasan seseorang untuk melaksanakan kewajiban, meninggalkan larangan dan menjauhi kemaksiatan sekaligus mengupayakan mengerjakan sunnah-sunnah dimana semua itu dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Itulah sebabnya, mencari ilmu merupakan sebuah kewajiban. Tidak boleh dipandang sebelah mata, diremehkan atau tidak diacuhkan, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِم "Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim."   (HR. Ibnu Majah). Mengapa wajib? Imam Abdullah menjawab, "Dengan ilmu kita bisa mengetahui bahwa yang wajib adalah wajib, yang sunnah adalah sunnah, yang haram adalah haram. Tidak hanya itu, selain mengetahui hukum tiap perbuatan, seseorang dapat menun

KUNCI BAHAGIA

Semua manusia pasti menginginkan hidupnya bahagia. Hanya saja tidak semua orang memahami hakekat hidup bahagia. Ada yang memaknainya sekedar hidup senang: sandang, pangan, dan papan berkecukupan. Ada pula yang mengartikannya hidup damai: bersosial, bekerja sama, tidak menyakiti dan membuat konflik dalam masyarakat. Islam memberikan resep bahagia bukan hanya fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah, tapi juga terbebas dari siksa neraka. Makna bahagia yang terangkum dalam doa sapu jagat itu menunjukkan bahagia itu berdimensi fisik-material dan mental-spiritual-sosial, serta berjangka pendek dan jangka panjang. Hakekat hidup bahagia, menurut Syaikh Habib Al-Kazhimi, adalah memperoleh ridha Allah SWT dengan memahami dan mewujudkan tujuan penciptaan dan eksistensi manusia di dunia ini, yaitu beribadah kepada-Nya dalam arti luas. Indikator sekaligus kiat-kiat meraih hidup bahagia dapat diukur dan ditempuh dengan lima hal. Pertama, berusaha untuk selalu hidup sesuai tuntunan syariat

BELAJAR TAUHID DARI SURAH AL FATIHAH

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, membaca surat al-Fatihah barangkali sudah menjadi perkara yang biasa bahkan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena di setiap raka’at sholat, surat ini selalu kita baca. Meskipun demikian, kita sering lalai dari merenungi hikmah dan pelajaran penting yang ada di dalamnya. Apabila kita cermati penjelasan para ulama, baik di dalam kitab tafsir, kitab hadits, atau kitab seputar akidah dan tauhid, akan kita temukan bahwa surat al-Fatihah ini menyimpan sedemikian banyak ajaran Islam, dan yang paling utama adalah mengenai tauhid. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak beberapa keterangan berikut. Tauhid Rububiyah Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah satu-satunya pencipta, penguasa, dan pengatur alam semesta. Keyakinan ini merupakan salah satu perkara penting dalam iman seorang muslim. Kita yakin, bahwa Allah semata yang menciptakan alam semesta ini. Kita juga yakin, bahwa Allah semata yang mengatur dan menguasainya

Belajar Tauhid dari Surat Al Fatihah

Image
  Kaum muslimin yang dirahmati Allah, membaca surat al-Fatihah barangkali sudah menjadi perkara yang biasa bahkan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena di setiap raka'at sholat, surat ini selalu kita baca. Meskipun demikian, kita sering lalai dari merenungi hikmah dan pelajaran penting yang ada di dalamnya. Apabila kita cermati penjelasan para ulama, baik di dalam kitab tafsir, kitab hadits, atau kitab seputar akidah dan tauhid, akan kita temukan bahwa surat al-Fatihah ini menyimpan sedemikian banyak ajaran Islam, dan yang paling utama adalah mengenai tauhid. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak beberapa keterangan berikut. Tauhid Rububiyah Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah satu-satunya pencipta, penguasa, dan pengatur alam semesta. Keyakinan ini merupakan salah satu perkara penting dalam iman seorang muslim. Kita yakin, bahwa Allah semata yang menciptakan alam semesta ini. Kita juga yakin, bahwa Allah semata yang mengatur d