Posts

Showing posts from April, 2016

Ibunda Zainab Binti Khuzaimah Ra. (Ibundanya Orang-orang Miskin)

Generasi sahabat adalah generasi terbaik, tidak bisa dibandingi apalagi dikalahkan. Generasi sekarang tidak akan mungkin bisa menyamai mereka. Namun pribadi-pribadi umat Islam masih memiliki kesempatan untuk meneladani dan menyamai kemuliaan pribadi-pribadi para sahabat. Pribadi, bukan generasi. Pada kesempatan ini, kita akan membahas pribadi salah seorang istri Rasulullah saw., yaitu Zainab binti Khuzaimah ra. yang dikenal sebagai Ibundanya Orang-orang Miskin. Nasab Nama lengkap beliau adalah Zainab binti Khuzaimah ra. bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah Al-Hilaliyah. Ibu beliau bernama Hindun binti 'Auf bin Al-Harits bin Hamathah. Di zaman jahiliyah, beliau dikenal dengan nama Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin). Ibnu Sa'ad berkata, "Zainab binti Khuzaimah ra. bin Al-Harits bin Abdullah bin 'Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin 'Amir bin Sha'sha'ah, beliau   dikenal dengan gelar U

Cinta Penawar Luka

Mari sejenak mendampingi seorang Ibu yang melahirkan. Makhluq Allah yang mulia ini nyawanya berada di ujung tanduk. Serangan rasa nyeri luar biasa menyergap ketika rahim mulai berkontraksi. Makin lama kian sering dan kian menyakitkan. Otot-otot serasa dikejangkan dan tulang-tulang seperti dibetoti. Puncaknya, ketika sang bayi sudah saatnya menghirup udara dunia, maka yang dirasakan sang Ibu adalah perobekan luas, luka jerih yang berdarah-darah, dan tubuh yang dipaksa untuk berkelojotan menuntaskan bebannya. Rasa sakit itu, sungguh tak terkatakan. Tetapi lihatlah itu, ketika luka robek masih menyemburkan darah, ketika tenaga tubuh habis lunglai disadap persalinan, ketika rasa lelah timbun-menimbun dengan nyeri menyayat tanpa henti, sang ibu tersenyum begitu indahnya. Seakan semua rasa sakit itu sirna ketika sang bayi yang menangis demikian keras diletakkan di atas dadanya, dalam pelukannya. Terbayangkah jika rasa sakit dahsyat yang kemudian menguap dalam sekejap macam it

Pintu-pintu Kebajikan

Baginda Nabi SAW pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal ra., "Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu keba-jikan? (Yaitu) Shaum yang merupakan perisai; sedekah yang bisa menghapus dosa/kesalahan sebagaimana air bisa mematikan api; dan shalat di penghujung malam…" (HR at-Tirmidzi). Hadits ini memang terkait dengan keutamaan ibadah-ibadah sunnah: shaum sunnah, infak sunnah dan shalat sunnah (shalat tahajud).  Pertama: shaum . Oleh Baginda Nabi SAW, shaum dinyatakan sebagai perisai; maknanya adalah perisai dari perilaku maksiat di dunia dan dari azab api neraka di akhirat (Ibn Rajab al-Hanbali, 30/1). Ini berlaku baik bagi shaum wajib pada bulan Ramadhan maupun shaum-shaum sunnah di luar bulan Ramadhan. Di luar Ramadhan seorang Muslim bisa melakukan shaum sunnah seperti: shaum enam hari di bulan Syawal, shaum Senin-Kamis, shaum Dawud (sehari shaum-sehari tidak) dan shaum abyad (hari-hari 'putih'; tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Qamariah).  Karena itu, idealnya s

13 Kedudukan Shalat dalam Islam

13 Kedudukan Shalat dalam Islam Shalat itu memiliki kedudukan yang mulia. Dalil-dalil yang diutarakan kali ini sudah menunjukkan kedudukan dan muliannya ibadah shalat. 1- Shalat adalah tiang Islam . Islam seseorang tidaklah tegak kecuali dengan shalat. Dalam hadits Mu'adz disebutkan, رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ   " Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad" (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Yang namanya tiang suatu bangunan jika ambruk, maka ambruk pula bangunan tersebut. Sama halnya pula dengan bangunan Islam. 2- Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan seseorang bisa dinilai baik buruknya dinilai dari shalatnya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الع

Segenggam Harapan tentang Anak Kita

  Oleh: Mohammad Fauzil Adhim Kelak ketika usiamu semakin tua dan tanganmu tak lagi mampu menguati tubuhmu, apakah yang paling engkau harapkan dari anakmu? Kelak ketika suaramu tak lagi sanggup menyampaikan kehendakmu dengan suara jelas dan lantang, apakah yang paling engkau harapkan dari anakmu? Kelak, andaikata uangmu sanggup untuk menggaji 10 pembantu untuk melayanimu, tetapi layanan paling VIP pun tak meneduhkan hatimu, maka apakah yang paling engkau nantikan dari anakmu? Kehadirannya? Ataukah pembantu dan perlengkapan yang dikirimkannya untukmu? Atau pembantu hanya meringankan tugasnya mengurusi rumah, sementara ia sendirilah yang mengusapmu dan menyeka keringatmu... Apakah yang paling engkau nantikan dari anak-anakmu jika pelayanan terbaik di penerbangan first class pun telah hambar bagimu? Apakah yang paling engkau rindui dari anakmu jika sahabatmu telah pergi menjauh, karena mati atau karena uzur yang tak mereka kehendaki? Saat kawan bicara semakin sedikit jumla

Sang Guru

Namanya Uwaimir bin Malik al-Khazraji, lebih dikenal dengan panggilan Abu Darda. Sebelum Islam, Abu Darda berteman akrab dengan Abdullah bin Rawahah. Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, dua orang teman akrab tersebut berbeda jalan. Abdullah bin Rawahah segera menjadi Muslim sementara Abu Darda tetap dengan kemusyrikannya. Setiap hari dia menyembah berhala yang diletakkan di salah satu kamar rumahnya. Tiap hari pula berhala itu dibersihkan dan diberi wewangian. Kesadarannya baru muncul tatkala pada suatu hari dia menemukan berhalanya itu hancur berkeping-keping karena dikapak oleh teman akrabnya sendiri, Abdullah bin Rawahah, secara diam-diam. Semula dia sangat marah, tetapi di ujung marahnya, kesadarannya muncul. "Seandainya berhala itu benar Tuhan, tentu dia sanggup membela dirinya sendiri." Ditemani Abdullah bin Rawahah, Abu Darda segera menemui Nabi dan masuk Islam. Tetapi, dia sangat menyesal terlambat menjadi Muslim. Temannya tidak hanya lebih

Menjamu Tamu Rasulullah SAW

Pada suatu sore, Rasulullah kedatangan seorang tamu muhajirin dari Makkah. Lalu beliau pun memanggil istri-istrinya untuk menjamunya. Salah seorang dari mereka menjawab, "Ya Rasulullah, kami tidak mempunyai apa-apa kecuali air."   Maka, Rasulullah yang saat itu sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya di masjid menawarkan, "Siapakah di antara kalian yang mau menjamu tamuku ini?" Berdirilah seorang sahabat Anshar dan berkata, "Aku, ya Rasulullah." Sehabis shalat Isya, sahabat Anshar itu membawa tamu Rasulullah ke rumahnya. Ia lalu berkata kepada istrinya,''Sayangku, muliakanlah tamu Rasulullah ini." Istrinya menjawab, "Kakanda, kita tidak memiliki apa-apa selain makanan untuk anak kita yang sedang tidur.'' Sang suami kemudian menimpali, "Siapkanlah makananmu itu dan nyalakan lampunya. Tidurkanlah kembali anak kita sekiranya mereka nanti merengek minta makan malam." Sejenak istrinya menyiapkan makanan,

Jika Hatimu Tak Ada Di Tiga Tempat Ini, Engkau Manusia Tanpa Hati

Jika Hatimu Tak Ada Di Tiga Tempat Ini, Engkau Manusia Tanpa Hati Oleh: Ustadz Fuad Al Hazimi Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata : اطلب قلبك في ثلاثة مواطن عند سماع القرآن وفي مجالس الذكر وفي أوقات الخلوة فان لم تجده في هذه المواطن فسل الله أن يمن عليك بقلب فانه لا قلب لك "Carilah hatimu di tiga tempat ini ; di saat engkau mendengarkan Al Qur'an, di saat engkau berada di majlis dzikir (majlis ilmu) dan di saat engkau menyendiri bermunajat kepada Allah. Jika engkau tidak temukan hatimu di sana, maka mintalah kepada Allah agar Memberimu hati karena sesungguhnya engkau sudah tak punya hati lagi"  (Al Fawaid 1/148) Allah Jalla fie 'Ulaahu berfirman : إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, da