Pintu-pintu Kebajikan




Baginda Nabi SAW pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal ra., "Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu keba-jikan? (Yaitu) Shaum yang merupakan perisai; sedekah yang bisa menghapus dosa/kesalahan sebagaimana air bisa mematikan api; dan shalat di penghujung malam…" (HR at-Tirmidzi).
Hadits ini memang terkait dengan keutamaan ibadah-ibadah sunnah: shaum sunnah, infak sunnah dan shalat sunnah (shalat tahajud). 

Pertama: shaum. Oleh Baginda Nabi SAW, shaum dinyatakan sebagai perisai; maknanya adalah perisai dari perilaku maksiat di dunia dan dari azab api neraka di akhirat (Ibn Rajab al-Hanbali, 30/1). Ini berlaku baik bagi shaum wajib pada bulan Ramadhan maupun shaum-shaum sunnah di luar bulan Ramadhan. Di luar Ramadhan seorang Muslim bisa melakukan shaum sunnah seperti: shaum enam hari di bulan Syawal, shaum Senin-Kamis, shaum Dawud (sehari shaum-sehari tidak) dan shaum abyad (hari-hari 'putih'; tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Qamariah).  Karena itu, idealnya seorang Muslim, meski Ramadhan telah usai, dianjurkan untuk banyak melakukan shaum sunnah seperti di atas. Sebab, meski statusnya sunnah dan karenanya tidak lebih utama dari shaum Ramadhan, shaum sunnah tetap merupakan salah satu pintu kebajikan. Karena itulah, Baginda Rasul SAW pun banyak melakukan shaum sunnah.

Kedua: sedekah. Sedekah dinyatakan oleh Baginda Nabi SAW dapat menghapus dosa/kesalahan, tentu jika dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Namun demikian, hal ini tidak berarti tidak mengharuskan seseorang untuk tidak perlu bertobat dari dosa dan kesalahan. Sebab, tobat tetap wajib atas setiap dosa, besar ataupun kecil, bagi setiap pendosa. Hadits ini hanya menjelas-kan salah satu dari keutamaan bersedekah. Lebih dari itu, di luar Ramadhan saja amal sedekah Allah SWT balas dengan berlipat ganda (Lihat, misalnya, QS al-Baqarah [2]: 261), apalagi di bulan Ramadhan. Karena itu, alangkah baiknya jika selama bulan Ramadhan ini aktivitas bersedekah semakin ditingkatkan, baik jumlah maupun fre-kuensinya, karena pahalanya pasti Allah SWT lipat gandakan berlipat-lipat. Pada bulan Ramadhan ini, idealnya sedekah menjadi pintu kebajikan yang sering "dimasuki" setiap Muslim. 

Ketiga: shalat malam. Shalat malam sesungguhnya telah menjadi ciri khas yang melekat pada generasi shalafush shalih dan para ulama dulu maupun sekarang, juga ciri utama yang melekat pada para mujahid dan pengemban dakwah. Karenanya, idealnya shalat malam pun menjadi ciri yang menonjol bagi setiap Muslim yang bertakwa. Pada bulan Ramadhan, shalat malam menjadi salah satu pintu kebajikan yang juga sering "dimasuki" setiap Muslim. Selama Ramadhan, shalat tarawih paling tidak menjadi 'medium pelatihan' untuk membiasakan diri melakukan shalat malam pada malam-malam selanjutnya di luar Ramadhan. Sejatinya, di luar Rama-dhan, shalat malam (shalat tahajud) juga biasa dilakukan oleh setiap Muslim, apala-gi aktivis dakwah. Betapa pentingnya shalat malam bagi seorang Muslim, Allah secara langsung memerintahkannya da-lam Alquran (QS al-Isra' [17]: 79). 
Di antara generasi salaf yang mema-hami benar pentingnya shalat malam adalah Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. Beliau dikenal rajin mengerjakan shalat malam. Padahal sebagai pemimpin negara, kseibukannya sangat luar biasa. Begitu besarnya perhatian beliau ter-hadap shalat malam, banyak sahabat ingin menirunya. Bahkan setelah beliau meninggal, ada salah seorang sahabat yang menikahi salah satu mantan istri beliau hanya sekadar ingin tahu sejauh mana shalat malamnya Umar bin al-Khaththab ra agar ia bisa menirunya. Terkait dengan shalat malam ini, Khalifah Umar bin al-Khaththab ra pernah berkata, "Jika aku banyak tidur pada malam hari, berarti aku menyia-nyiakan diriku. Jika aku tidur pada siang hari, berarti aku menelan-tarkan rakyatku." 
Penerusnya, Khalifah Utsman bin Affan ra, biasa meng-khatam-kan Alquran dalam tempo satu malam. Itu beliau laku-kan dalam shalat malamnya! Ini betul-betul terjadi sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits sahih. 
Rasulullah SAW sendiri, yang super sibuk mengurusi umat, berdakwah dan berjihad melawan musuh-musuh Islam sepanjang hidup beliau serta mendidik para sahabat dan umat Islam, tetap mengerjakan shalat malam sebelas  rakaat setiap malam. Wajarlah jika beliau, para sahabat dan generasi salaf ash-shalih setelah mereka meraih kedudukan terpuji di dunia, juga tentu di akhirat kelak. Itu memang sudah menjadi janji Allah kepada mereka yang rajin menunaikan shalat malam (QS al-Isra' [17]: 79).
Walhasil, itulah pintu-pintu keba-jikan yang dinyatakan Baginda Nabi SAW Mudah-mudahan kita semua bisa dan biasa "memasukinya" di mana pun dan kapan pun kita berada. Wa ma tawfiqi illa billah.
 arief b Iskandar


Comments

Popular posts from this blog

Masjid Populer Di Jerman

Mengenai Masjid Al Mukarramah

Malu Pada Subuh Mereka