Agar Hati Kembali Fitri
Seri : Hikmah
oleh M. Arif As-Salman Kamis, 11/02/2010 07:48 WIB
Seseorang yang mencintai kebersihan akan selalu menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggalnya. Hidup bersih akan berbuah pada keindahan dan kenyamanan. Setiap kali ia melihat debu atau kotoran yang menempel pada pakaiannya, dengan segera kotoran itu akan ia bersihkan. Apalagi bila ia suka memakai pakaian yang putih, ia akan selalu berhati-hati dan tidak sembarangan meletakkan pakaian putih tersebut.
Sebaliknya orang yang tidak suka hidup bersih, maka kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggalnya tidak menjadi perhatiannya. Baik karena jiwanya yang tidak terdidik hidup bersih atau ia malas untuk membersihkannya. Sehingga ketika ada debu atau kotoran yang menempel pada pakaian, tidak cepat ia bersihkan, bahkan ia biarkan begitu saja, dan pakaian tersebut tetap ia pakai. Lalu setelah beberapa lama, ketika pakaian itu sudah terlihat sangat kotor, baru tergerak hatinya untuk membersihkannya.
Debu atau kotoran yang telah lama lengket pada pakaian tentu tidak bisa sekali cuci akan bersih, apalagi bila kotoran itu sudah kuat melekat pada pakaian. Ianya perlu direndam agak beberapa lama, tidak cukup hanya dikucek dengan tangan tapi perlu pada bros pakaian, agar kotoran yang menempel itu bisa dihilangkan. Tapi, kalau dibersihkan asal-asalan, kotoran akan tetap lengket dan lama kelamaan akan sulit dihilangkan. Begitulah kira-kira kondisi hati kita.
Pakaian putih diumpamakan seperti hati, sedangkan debu dan kotoran adalah umpama dosa dan maksiat.
Manusia tidak ada yang lepas dari salah dan dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang selalu bertobat, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits.
Orang yang selalu menjaga kebersihan hatinya, ketika ia khilaf, salah, dan berbuat dosa, kemudian ia tersadar, ia akan cepat dan segera kembali pada Allah dengan memperbanyak istighfar, taubat dan berbuat amal kebaikan. Sehingga dengan demikian kotoran dosa yang telah menempel di hatinya hilang dengan istighfar dan taubatnya tersebut.
Sedangkan orang yang lalai, cenderung menunda dan mengabaikan untuk membersihkan kotoran dosa yang menempel di hatinya. Ia tidak bersegera untuk kembali pada Allah. Lama kelamaan bintikan dosa dan maksiat semakin banyak menempel di dinding hatinya, sehingga tanpa ia sadari hatinya telah hitam oleh dosa dan maksiat.
Dalam sebuah haditsnya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, "Ada berbagai cobaan yang ditampilkan kepada hati seperti sepotong tikar yang disusun dari jerami, sehelai demi sehelai. Setiap kali ia condong pada dosa, maka hati itu diwarnai satu titik hitam. Tetapi, jika ia menolaknya, maka hati itu diwarnai satu titik putih, sampai terbentuklah dua macam hati, yaitu hati yang berwarna hitam pekat, hati macam ini tidak pernah mengenal kebaikan sedikitpun. Dan hati yang berwarna putih cemerlang, hati macam ini tidak condong pada keburukan sedikitpun selama langit dan bumi masih ada."
Pada saat hati dalam keadaan dilumuri dosa dan maksiat, maka si pemilik hati perlu kesungguhan untuk membersihkan hatinya. Apabila ia membersihkan hatinya dengan asal-asalan hasilnya juga akan asal-asalan. Umpama pakaian, kalau pertama kali terkena debu dan kotoran, ia cepat membersihkannya, maka cukup dengan air, debu atau kotoran tersebut akan bisa dihilangkan. Namun bila ia telah lama lengket dan sulit dihilangkan tentu perlu waktu, kesabaran, dan kesungguhan untuk membersihkannya.
Pakaian yang telah sangat kotor tersebut perlu pada ember/wadah untuk merendamnya dengan sabun dan air, kemudian dicuci dengan bros. Tidak hanya sekali cuci kotoran akan bisa hilang semuanya, tapi perlu dicuci berulang kali agar pakaian bersih seperti semula.
Ember disini adalah sebuah tempat atau wadah yang penulis umpamakan dengan mesjid, majlis zikir, majlis iman dan ilmu. Sedangkan sabun dan airnya adalah umpama Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah. Sedangkan bros adalah umpama semangat dan kesungguhan serta tekad kita untuk membersihkan hati yang telah kotor.
Artinya adalah, ketika hati kita telah begitu kotor karena dosa dan maksiat, maka upaya yang mesti kita lakukan agar ia kembali fitri seperti semula adalah dengan selalu membawanya ke mesjid, majlis-majlis ilmu, majlis-majlis iman dan majlis-majlis zikir yang disana kita akan mendengarkan ayat-ayat Allah dilantunkan, hadits-hadits Rasulullah dibacakan dan nasehat-nasehat kebenaran serta kebaikan disampaikan. Dengan selalu konsisten menjaga amalan ini, insya Allah hati yang selama ini telah kotor karena debu-debu dosa dan kemaksiatan dapat kita bersihkan.
Seperti halnya pakaian yang sudah sangat kotor yang dengan sekali cuci tidak akan bersih, begitu juga halnya dengan hati. Tidak cukup dengan hanya sekali datang ke tempat tersebut, kita sudah berangan hati akan bersih seperti sedia kala. Tapi perlu waktu, perlu kesabaran, perlu kesungguhan dan perlu do`a yang tidak henti dipanjatkan pada Allah agar ia memudahkan langkah kita menuju penyucian hati. Selamat mencoba.
Wallahu a`lam.
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan kita bersama.
marif_assalman@yahoo.com
Seseorang yang mencintai kebersihan akan selalu menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggalnya. Hidup bersih akan berbuah pada keindahan dan kenyamanan. Setiap kali ia melihat debu atau kotoran yang menempel pada pakaiannya, dengan segera kotoran itu akan ia bersihkan. Apalagi bila ia suka memakai pakaian yang putih, ia akan selalu berhati-hati dan tidak sembarangan meletakkan pakaian putih tersebut.
Sebaliknya orang yang tidak suka hidup bersih, maka kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggalnya tidak menjadi perhatiannya. Baik karena jiwanya yang tidak terdidik hidup bersih atau ia malas untuk membersihkannya. Sehingga ketika ada debu atau kotoran yang menempel pada pakaian, tidak cepat ia bersihkan, bahkan ia biarkan begitu saja, dan pakaian tersebut tetap ia pakai. Lalu setelah beberapa lama, ketika pakaian itu sudah terlihat sangat kotor, baru tergerak hatinya untuk membersihkannya.
Debu atau kotoran yang telah lama lengket pada pakaian tentu tidak bisa sekali cuci akan bersih, apalagi bila kotoran itu sudah kuat melekat pada pakaian. Ianya perlu direndam agak beberapa lama, tidak cukup hanya dikucek dengan tangan tapi perlu pada bros pakaian, agar kotoran yang menempel itu bisa dihilangkan. Tapi, kalau dibersihkan asal-asalan, kotoran akan tetap lengket dan lama kelamaan akan sulit dihilangkan. Begitulah kira-kira kondisi hati kita.
Pakaian putih diumpamakan seperti hati, sedangkan debu dan kotoran adalah umpama dosa dan maksiat.
Manusia tidak ada yang lepas dari salah dan dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang selalu bertobat, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits.
Orang yang selalu menjaga kebersihan hatinya, ketika ia khilaf, salah, dan berbuat dosa, kemudian ia tersadar, ia akan cepat dan segera kembali pada Allah dengan memperbanyak istighfar, taubat dan berbuat amal kebaikan. Sehingga dengan demikian kotoran dosa yang telah menempel di hatinya hilang dengan istighfar dan taubatnya tersebut.
Sedangkan orang yang lalai, cenderung menunda dan mengabaikan untuk membersihkan kotoran dosa yang menempel di hatinya. Ia tidak bersegera untuk kembali pada Allah. Lama kelamaan bintikan dosa dan maksiat semakin banyak menempel di dinding hatinya, sehingga tanpa ia sadari hatinya telah hitam oleh dosa dan maksiat.
Dalam sebuah haditsnya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, "Ada berbagai cobaan yang ditampilkan kepada hati seperti sepotong tikar yang disusun dari jerami, sehelai demi sehelai. Setiap kali ia condong pada dosa, maka hati itu diwarnai satu titik hitam. Tetapi, jika ia menolaknya, maka hati itu diwarnai satu titik putih, sampai terbentuklah dua macam hati, yaitu hati yang berwarna hitam pekat, hati macam ini tidak pernah mengenal kebaikan sedikitpun. Dan hati yang berwarna putih cemerlang, hati macam ini tidak condong pada keburukan sedikitpun selama langit dan bumi masih ada."
Pada saat hati dalam keadaan dilumuri dosa dan maksiat, maka si pemilik hati perlu kesungguhan untuk membersihkan hatinya. Apabila ia membersihkan hatinya dengan asal-asalan hasilnya juga akan asal-asalan. Umpama pakaian, kalau pertama kali terkena debu dan kotoran, ia cepat membersihkannya, maka cukup dengan air, debu atau kotoran tersebut akan bisa dihilangkan. Namun bila ia telah lama lengket dan sulit dihilangkan tentu perlu waktu, kesabaran, dan kesungguhan untuk membersihkannya.
Pakaian yang telah sangat kotor tersebut perlu pada ember/wadah untuk merendamnya dengan sabun dan air, kemudian dicuci dengan bros. Tidak hanya sekali cuci kotoran akan bisa hilang semuanya, tapi perlu dicuci berulang kali agar pakaian bersih seperti semula.
Ember disini adalah sebuah tempat atau wadah yang penulis umpamakan dengan mesjid, majlis zikir, majlis iman dan ilmu. Sedangkan sabun dan airnya adalah umpama Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah. Sedangkan bros adalah umpama semangat dan kesungguhan serta tekad kita untuk membersihkan hati yang telah kotor.
Artinya adalah, ketika hati kita telah begitu kotor karena dosa dan maksiat, maka upaya yang mesti kita lakukan agar ia kembali fitri seperti semula adalah dengan selalu membawanya ke mesjid, majlis-majlis ilmu, majlis-majlis iman dan majlis-majlis zikir yang disana kita akan mendengarkan ayat-ayat Allah dilantunkan, hadits-hadits Rasulullah dibacakan dan nasehat-nasehat kebenaran serta kebaikan disampaikan. Dengan selalu konsisten menjaga amalan ini, insya Allah hati yang selama ini telah kotor karena debu-debu dosa dan kemaksiatan dapat kita bersihkan.
Seperti halnya pakaian yang sudah sangat kotor yang dengan sekali cuci tidak akan bersih, begitu juga halnya dengan hati. Tidak cukup dengan hanya sekali datang ke tempat tersebut, kita sudah berangan hati akan bersih seperti sedia kala. Tapi perlu waktu, perlu kesabaran, perlu kesungguhan dan perlu do`a yang tidak henti dipanjatkan pada Allah agar ia memudahkan langkah kita menuju penyucian hati. Selamat mencoba.
Wallahu a`lam.
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan kita bersama.
marif_assalman@yahoo.com
sumber : oase iman eramuslim.com
Comments
Post a Comment