Haram dan Masjid Al-Aqsha, Simbol Kesetiaan Iman
Seri : Wawasan Islam
sumber : http://kabarhaji.com/wisata/1204/masjid-haram-dan-masjid-alaqsha-simbol-kesetiaan-imanmasjid qiblatain, saksi perpindahan arah/kemenag.go.idKABARHAJ–Keimanan umat islam adalah sebuah aplikasi mahabbah (kecintaan) terhadap Rasullah SAW. Dan mengunjungi ke dua masjid suci ini adalah ziarah yang bernilai pahala dan memiliki keistimewaan berlimpah saat beribadah.Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha dalam catatan sejarah pernah dijadikan media cobaan atas kesetiaan sahabat dan kecintaannya pada nabi Muhammad.Dalam teks al-Quran diterangkan bahwa rekam sejarah umat Islam di masa-masa awal kedatangannya pernah diuji dengan pemindahan kiblat shalat dari masjidil haram ke masjidil aqsha.Secara spontan, keteguhan keimanan sahabat yang terus istiqamah dan orang Arab yang memeluk Islam bukan dari ketulusan hati pun semakin nampak perbedaannya. Mereka yang tetap beriman mengikuti segenap aturan dan ajaran yang diserukan Muhammad. Sementara umat yang munafiq dan kurang tulus masuk Islam langsung memisahkan diri dari barisan panji-panji Islam.Argumentasi yang diutarakan munafiqin adalah menganggap sang pembawa risalah kenabian, Muhammad SAW tidak layak untuk diikuti, lantaran bagi mereka pemindahan kiblat shalat dari masjidil haram di Mekah ke masjidil aqsha di Jurusalem tidak bisa dibenarkan. Ini bentuk inkonsistensi yang ditunjukkan nabi Muhammad SAW. Dan pada gilirannya mereka kembali kafir.Sementara para sahabat yang setia, mampu melewati ujian yang diberikan Allah SWT dan tetap teguh atas pendiriannya, dan tetap setia pada Rasulullah SAW. Bagi sahabat persoalan intinya adalah bukan masalah kiblat shalat, akan tetapi berkaitan pada aspek kesetiaan pada nabi Muhammad dalam berbagai aturan dan kesempatan.Sikap sahabat itu beradasarkan dari penghayatan ayat al-Quran: "Qul inkuntum tuhibunallaha Fattabi'uni Yuhbibkumullah Wayaghfirlakum Dzunubakum………"Uraian tersebut memberi pelajaran pada kita bahwa keimanan akan tangguh dan tetap istiqamah ketika dijalankan berdasarkan ketulusan hati. Sebab keimanan seseorang dalam perjalanannya seringkali diuji oleh Allah SWT.Tidak sedikit orang tergelincir dan meninggalkan wejangan keimanan lantaran ketidak sanggupan dalam menghadapi cobaan.Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab manaqibnya menerangkan: Innal Bala' Lam ta'til Mu'min Lituhlikahu, Wainnama Atathu Litakhtabirahu (Cobaan tidak sekali-kali mendera orang mukmin, karena sesungguhnya hanya merupakan ujian keimanan saja). (Abdul Khoir/KH)
--
Comments
Post a Comment