Menyibak Hikmah di Balik Bencana
Oleh Damanhuri Zuhri
Rentetan bencana alam yang melanda Indonesia boleh jadi tak mengenakkan. Namun, pasti mengandung hikmah. Apa saja?
Belum lagi air mata korban banjir bandang di Wasior, Papua Barat, kering, rentetan bencana dan musibah terus melanda wilayah lainnya di Indonesia. Gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) yang melanda Pulau Mentawai di Sumatra Barat telah mengundang tsunami yang memorak-porandakan wilayah itu.
Pada saat yang bersamaan, Gunung Merapi yang bertengger di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah meletus. Semua bencana dan musibah itu telah memakan korban jiwa dan harta yang tak ternilai jumlahnya. Indonesia tampaknya selalu dikepung dengan ancaman bencana dan musibah.
Apalagi, sebanyak 19 gunung berapi lainnya di berbagai daerah di Tanah Air tengah bergolak-naiknya status dari normal menjadi waspada. Sebanyak dua gunung lainnya, yakni Gunung Ibu di Halmahera dan Gunung Karangetang di Maluku Utara, berstatus siaga.
Lalu, apa artinya semua bencana dan musibah ini dalam pandangan Islam? Apa pula hikmah yang terdapat dalam setiap musibah? Bagi seorang Muslim, bencana dan musibah yang berujung pada kematian pun merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT.
Dalam surah Al-Mulk [67] ayat 2, Allah SWT berfirman, "Dialah Allah yang telah menciptakan kematian dan hidup untuk menguji siapa di antara kalian yang paling baik amal ibadahnya."
Pengajar Kajian Spiritual Fitrah, Ustaz Othman Shihab, mengungkapkan, rentetan bencana dan musibah yang melanda berbagai wilayah di Tanah Air merupakan ujian yang diberikan Sang Khalik kepada hambanya. Ketika Allah menguji hambanya, tutur dia, bukan berarti Allah tidak tahu. Allah Mahatahu segala sesuatu yang tidak kita tahu.
Menurut Ustaz Othman, ujian di dalam hidup adalah kewajiban yang harus diterima seorang hamba. "Dan, Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan," paparnya mengutip ayat Alquran. Ia mengajak umat Islam untuk merenungi semua bencana yang terjadi. Ketika bencana dan musibah datang, kata dia, hadapilah dengan kesabaran.
Pimpinan Ar-Rahman Qur'anic Learning (AQL) Center, Ustaz Bachtiar Nasir, mengingatkan, bencana dan musibah merupakan perbuatan dan takdir Allah SWT. Dalam upaya memahami musibah, lanjut dia, hendaknya umat Islam tak membenci takdir Allah SWT.
"Jangan pernah membenci takdir-Nya. Awal dari sebuah bencana dan penderitaan adalah tidak menerima kenyataan takdir-Nya. Awal dari semua ketenangan dan kebahagiaan adalah keikhlasan menerima takdir-Nya," tutur Ustaz Bachtiar.
Pakar tadabur Alquran dari Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, itu menyatakan tak ada yang salah dari takdir Allah SWT. Peristiwa meletusnya Gunung Merapi, gempa dan tsunami di Mentawai, hingga banjir bandang yang terjadi di Wasior, Papua, boleh jadi tidak mengenakkan. Tapi, kata Ustaz Bachtiar, pasti ada hikmah di balik bencana dan musibah.
"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui," ungkap Ustaz Bachtiar mengutip surah Al-Baqarah [2] ayat 216.
Menurutnya, bencana merupakan teguran kasih sayang. Ketika seorang hamba lalai dan lengah, kemudian ditegur di dunia ini, lanjut Ustaz Bachtiar, itu berarti Allah SWT menginginkan kebaikan dan keselamatan hamba-Nya di dunia dan akhirat.
Ia menambahkan, bisa pula musibah yang menimpa manusia disebabkan ulah kita sendiri. "Ini cuma isyarat kecil bahwa Allah Mahakuasa. Dia bisa melakukan apa saja yang Ia kehendaki setiap saat. Maka, taat dan tunduklah kepada-Nya. Hinakanlah dirimu di hadapan Allah SWT. Apa yang Allah inginkan dari semua ini? Kita diminta selalu kembali kepada Allah SWT."
Ustaz Bachtiar mengungkapkan, bencana yang melanda Indonesia bukan semata-mata karena faktor ekologi dan geologis. Menurut dia, ada semacam kebosanan alam terhadap perilaku manusia, mulai dari atas sampai paling bawah.
"Cara beragama kita tidak ramah lingkungan. Apa yang kita sebut shalat, apa yang kita sebut zikir masih sebatas ritual dan tidak ramah lingkungan," tuturnya mengingatkan. Saekarang, kata dia, di negeri ini, korupsi, gaya hidup riya, hedonis, pola-pola instan, serta pemimpin yang tak adil begitu menonjol.
Lalu, apa yang harus dilakukan umat? Menurut dia, solusinya terdapat dalam surah As-Syurra [42] ayat 30, "Dan, musibah apa pun yang menimpa kamu karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."
Ia mengajak umat untuk berbenah dan hidup sesuai dengan aturan dan prinsip kekhalifahan. Umat, papar dia, hendaknya tak melakukan kerusakan, mulai dari merusak akidah, merusak agama, sampai merusak lingkungan. "Jangan menumpahkan darah. Di Indonesia, pertumpahan darah itu begitu mudah," paparnya.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Prof KH Didin Hafidhuddin, menuturkan, ada beberapa pelajaran penting dari musibah dan bencana yang Allah SWT timpakan kepada umat manusia.
"Pelajaran pertama, bencana itu menyadarkan kita bahwa semua manusia dan alam semesta ini berada dalam genggaman dan kendali-Nya. Sekuat apa pun dan secanggih apa pun teknologi yang dimiliki manusia tidak akan mampu berhadapan dengan kekuasaan-Nya. Karena itu, tidak pantas manusia sombong melawan dan mengingkari ajaran-Nya," paparnya.
Pelajaran kedua, kata Guru Besar IPB itu, bencana yang diturunkan kepada manusia sebagai teguran Allah karena banyaknya perbuatan manusia yang melawan sunatullah, seperti melakukan illegal logging, korupsi, kezaliman, dan lain-lain.
Ketiga, lanjut Ketua Umum BAZNAS itu, bisa jadi bencana yang Allah SWT timpakan kepada suatu umat menjadi bukti kasih sayang Allah agar orang yang beriman semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaannya.
Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof KH Ahmad Satori Ismail, menyebutkan, hikmah yang bisa didapat dari begitu banyaknya bencana yang melanda Indonesia, buat orang yang tidak terkena bencana, hendaknya memiliki kepedulian tinggi kepada mereka yang menjadi korban. Hikmah kedua, jelas Kiai Satori, bencana yang diturunkan Allah SWT untuk mengingatkan semua umat terhadap apa yang telah mereka kerjakan. N ed; heri ruslan
sumber : http://republika.co.id:8080/koran/52/122513/Menyibak_Hikmah_di_Balik_Bencana
--
Rentetan bencana alam yang melanda Indonesia boleh jadi tak mengenakkan. Namun, pasti mengandung hikmah. Apa saja?
Belum lagi air mata korban banjir bandang di Wasior, Papua Barat, kering, rentetan bencana dan musibah terus melanda wilayah lainnya di Indonesia. Gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) yang melanda Pulau Mentawai di Sumatra Barat telah mengundang tsunami yang memorak-porandakan wilayah itu.
Pada saat yang bersamaan, Gunung Merapi yang bertengger di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah meletus. Semua bencana dan musibah itu telah memakan korban jiwa dan harta yang tak ternilai jumlahnya. Indonesia tampaknya selalu dikepung dengan ancaman bencana dan musibah.
Apalagi, sebanyak 19 gunung berapi lainnya di berbagai daerah di Tanah Air tengah bergolak-naiknya status dari normal menjadi waspada. Sebanyak dua gunung lainnya, yakni Gunung Ibu di Halmahera dan Gunung Karangetang di Maluku Utara, berstatus siaga.
Lalu, apa artinya semua bencana dan musibah ini dalam pandangan Islam? Apa pula hikmah yang terdapat dalam setiap musibah? Bagi seorang Muslim, bencana dan musibah yang berujung pada kematian pun merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT.
Dalam surah Al-Mulk [67] ayat 2, Allah SWT berfirman, "Dialah Allah yang telah menciptakan kematian dan hidup untuk menguji siapa di antara kalian yang paling baik amal ibadahnya."
Pengajar Kajian Spiritual Fitrah, Ustaz Othman Shihab, mengungkapkan, rentetan bencana dan musibah yang melanda berbagai wilayah di Tanah Air merupakan ujian yang diberikan Sang Khalik kepada hambanya. Ketika Allah menguji hambanya, tutur dia, bukan berarti Allah tidak tahu. Allah Mahatahu segala sesuatu yang tidak kita tahu.
Menurut Ustaz Othman, ujian di dalam hidup adalah kewajiban yang harus diterima seorang hamba. "Dan, Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan," paparnya mengutip ayat Alquran. Ia mengajak umat Islam untuk merenungi semua bencana yang terjadi. Ketika bencana dan musibah datang, kata dia, hadapilah dengan kesabaran.
Pimpinan Ar-Rahman Qur'anic Learning (AQL) Center, Ustaz Bachtiar Nasir, mengingatkan, bencana dan musibah merupakan perbuatan dan takdir Allah SWT. Dalam upaya memahami musibah, lanjut dia, hendaknya umat Islam tak membenci takdir Allah SWT.
"Jangan pernah membenci takdir-Nya. Awal dari sebuah bencana dan penderitaan adalah tidak menerima kenyataan takdir-Nya. Awal dari semua ketenangan dan kebahagiaan adalah keikhlasan menerima takdir-Nya," tutur Ustaz Bachtiar.
Pakar tadabur Alquran dari Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, itu menyatakan tak ada yang salah dari takdir Allah SWT. Peristiwa meletusnya Gunung Merapi, gempa dan tsunami di Mentawai, hingga banjir bandang yang terjadi di Wasior, Papua, boleh jadi tidak mengenakkan. Tapi, kata Ustaz Bachtiar, pasti ada hikmah di balik bencana dan musibah.
"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui," ungkap Ustaz Bachtiar mengutip surah Al-Baqarah [2] ayat 216.
Menurutnya, bencana merupakan teguran kasih sayang. Ketika seorang hamba lalai dan lengah, kemudian ditegur di dunia ini, lanjut Ustaz Bachtiar, itu berarti Allah SWT menginginkan kebaikan dan keselamatan hamba-Nya di dunia dan akhirat.
Ia menambahkan, bisa pula musibah yang menimpa manusia disebabkan ulah kita sendiri. "Ini cuma isyarat kecil bahwa Allah Mahakuasa. Dia bisa melakukan apa saja yang Ia kehendaki setiap saat. Maka, taat dan tunduklah kepada-Nya. Hinakanlah dirimu di hadapan Allah SWT. Apa yang Allah inginkan dari semua ini? Kita diminta selalu kembali kepada Allah SWT."
Ustaz Bachtiar mengungkapkan, bencana yang melanda Indonesia bukan semata-mata karena faktor ekologi dan geologis. Menurut dia, ada semacam kebosanan alam terhadap perilaku manusia, mulai dari atas sampai paling bawah.
"Cara beragama kita tidak ramah lingkungan. Apa yang kita sebut shalat, apa yang kita sebut zikir masih sebatas ritual dan tidak ramah lingkungan," tuturnya mengingatkan. Saekarang, kata dia, di negeri ini, korupsi, gaya hidup riya, hedonis, pola-pola instan, serta pemimpin yang tak adil begitu menonjol.
Lalu, apa yang harus dilakukan umat? Menurut dia, solusinya terdapat dalam surah As-Syurra [42] ayat 30, "Dan, musibah apa pun yang menimpa kamu karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."
Ia mengajak umat untuk berbenah dan hidup sesuai dengan aturan dan prinsip kekhalifahan. Umat, papar dia, hendaknya tak melakukan kerusakan, mulai dari merusak akidah, merusak agama, sampai merusak lingkungan. "Jangan menumpahkan darah. Di Indonesia, pertumpahan darah itu begitu mudah," paparnya.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Prof KH Didin Hafidhuddin, menuturkan, ada beberapa pelajaran penting dari musibah dan bencana yang Allah SWT timpakan kepada umat manusia.
"Pelajaran pertama, bencana itu menyadarkan kita bahwa semua manusia dan alam semesta ini berada dalam genggaman dan kendali-Nya. Sekuat apa pun dan secanggih apa pun teknologi yang dimiliki manusia tidak akan mampu berhadapan dengan kekuasaan-Nya. Karena itu, tidak pantas manusia sombong melawan dan mengingkari ajaran-Nya," paparnya.
Pelajaran kedua, kata Guru Besar IPB itu, bencana yang diturunkan kepada manusia sebagai teguran Allah karena banyaknya perbuatan manusia yang melawan sunatullah, seperti melakukan illegal logging, korupsi, kezaliman, dan lain-lain.
Ketiga, lanjut Ketua Umum BAZNAS itu, bisa jadi bencana yang Allah SWT timpakan kepada suatu umat menjadi bukti kasih sayang Allah agar orang yang beriman semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaannya.
Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof KH Ahmad Satori Ismail, menyebutkan, hikmah yang bisa didapat dari begitu banyaknya bencana yang melanda Indonesia, buat orang yang tidak terkena bencana, hendaknya memiliki kepedulian tinggi kepada mereka yang menjadi korban. Hikmah kedua, jelas Kiai Satori, bencana yang diturunkan Allah SWT untuk mengingatkan semua umat terhadap apa yang telah mereka kerjakan. N ed; heri ruslan
sumber : http://republika.co.id:8080/koran/52/122513/Menyibak_Hikmah_di_Balik_Bencana
--
Comments
Post a Comment