Jangan Berdagang Dengan Tuhanmu



Seri : Akhlaq
 
Jangan Berdagang Dengan Tuhanmu
 
Saya:
Tuhan, ini semua bill tagihan Ramadhan kemarin. Lumayan banyak gitu deh. Saya sudah menjalankan itikaf 10 hari penuh, artinya setiap ibadah yang saya lakukan tolong dikali nominal 1000 bulan ya. Saya juga baru saja merelakan sodaqoh semua THR saya tahun ini, jadi sesuai janjiMu harusnya saya mendapat amalan 10 x THR itu, sukur-sukur dilebihin pun tak mengapa. Saya akan sangat berterima kasih. Oiya, tadarus saya pun tak pernah putus dan dapat dong 30 juzz. Jadi sudah berapa ya pahala tu semuanya? Woohoo senang deh. Tuhan tahu tidak? Ramadhan ini bagi saya seperti halnya Midnight Sale: dengan yang lain berebutan membeli barang-barang yang biasanya tak berani saya lirik sentuh apalagi beli, berebutan beribadah banyak-banyak yang biasanya tak pernah dan jarang saya kerjakan. Ok, saya tunggu reimburse tagihan ini semua ya Tuhan. Enak to. Mantep to. Yuk mari. Sip.

Tuhan:
Baiklah hambaKu, sekadar friendly reminder saja ya. Hampir 70% dari Itikafmu hanya kamu isi dengan tidur atas nama pamrih menantikan Lailatul Qodr bukannya ridloKu. Sodaqohmu itu hangat-hangat tahi ayam karena euphoria Ramadhan dan hitungan gulipat kelipatan. Kamu juga tak paham sedikit pun tadarus yang tak putus sebatas kejar target 30 juzz. Dan sesungguhnya hanya lapar dan dahaga yang kamu dapat dari puasamu ketika gibah dan riba menjadi keseharianmu. Oiya kamu juga masih saja menyepelekan hijab dengan alasan belum saatnya, hah begitu yakinnya umurmu akan sedetik lebih lama dan beraninya kamu tunda-tunda. Di hari fitri pun silaturahmi kamu sebatas seremonia, tidak seperti Saladin yang tulus mengirimkan obat untuk Richard si Hati Singa meskipun musuh terbesarnya. Kamu tahu tidak? Ramadhan ini seperti jebakan Batman bagi siapa saja yang gap ibadahnya begitu lebar dibanding bulan-bulan lainnya, makin jelas siapa-siapa saja yang pamrih akan surga, pahala atau rindu ridloKu. Jadi kalau ditotal-total dari semua tagihan tadi, sepertinya malah masih minus tuh cyin. Love you full.

Ajo Sidi (tokoh fiktif dari cerpen Robohnya Surau Kami karya Idrus, 1956):

Mak oi, sudah kubilangkan jangan berdagang dengan Tuhanmu. Macam Haji Sholeh nasib wa'ang nanti.
 
--
-

Comments

Popular posts from this blog

Mengenai Masjid Al Mukarramah

Ucapan Lemah Lembut pada Orang Tua

Malu Pada Subuh Mereka