Mungkin ada di antara kita kaum muslimin yang tengah berjuang untuk mengajak umat pada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, tiba-tiba berhenti, patah semangat dan meninggalkan komunitasnya. Atau kita yang semula rajin jamaah ke masjid, tiba-tiba malas dan berat untuk melangkah ke baitullah karena memperoleh ujian hidup yang berat, atau mundur dari organisasi, lembaga sosal atau aktivitas kebaikan. Mengapa bisa demikian? Benarkah kita tidak istiqomah atau karena niat awalnya bukan karena Allah? Akibatnya kita akan merasa kehilangan segala-galanya, lebih berbahaya jika ia kehilangan pegangan dari tali Allah.
Istiqomah adalah sikap berpendirian teguh terhadap jalan yang lurus, berpegang pada akidah islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling walau apapun yang terjadi. Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan bagi umat Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah swt. dan Rasulullah saw. Seperti firman Allah swt. dalam Al-Qur'an yang artinya: "Katakanlah (Wahai Muhammad):"Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada aku bahwa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keridhaan-Nya)……" (Al Fushilat ayat 6)
Berdasarkan ayat tersebut, seseorang yang istiqomah akan berpegang teguh pada akidah yang benar, melaksanakan tuntunan Islam berpegang pada Al-Qur'an dan hadits Rasulullah saw. mempunyai prinsip dan keyakinan yang tidak akan berubah atau goyah, tidak terpengaruh godaan dan hawa nafsu setan, dan tidak tunduk pada tekanan demi melaksanakan tanggung jawab dan mempertahankan kebenaran.
Istiqomah merupakan daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan Islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan, dan amalan anggota tubuh. Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah fardu' ain atau fardu kifayah memerlukan istiqomah.
Tipu Daya Syetan
Sikap istiqomah diperlukan dalam peningkatan iman dan takwa, amar ma'ruf nahi munkar, ibadah kepada Allah, maupun dalam hal bermuamalah. Keberhasilan dakwah Islam juga sangat ditentukan keistiqomahan juru dakwahnya. Karena begitu pentingnya sikap ini, maka syetan pun berusaha keras untuk merusak salah satu sumber energi dakwah tersebut.
Syetan menggembosi keistiqomahan seseorang melalui faktor dari dalam diri dan luar individu. Tidak jarang orang yang merasa berjuang sendirian, kurang sabar sehingga patah semangat karena tak kunjung melihat hasil yang diharapkan, bahkan ada yang merasakan adanya intimidasi. Dalam hal inilah seseorang perlu dukungan dari sesama muslim, saling menasihati dan memompa semangat saudaranya yang lain.
Istiqomah dapat digambarkan pada peristiwa seorang ibu yang menyapih anaknya untuk menyusu. Si anak tentu akan menangis. Hal yang wajar jika hati si ibu merasa tidak tega mendengar tangisan si anak, begitu pula dengan orang lain. Seandainya, anak tersebut disusui kembali agar tidak menangis bisa rusaklah proses kehidupan si anak.
Tahap-tahap Istiqomah
Menurut Ibnu Abbas r.a. ada tiga tahap istiqomah yang perlu berlaku serentak, ketiga tahap itu adalah sebagai berikut.
1. Istiqomah hati, dalam hal ini senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati dari sifat syirik, menjauhi sifat-sifat tercela seperti riya' dan menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutamanya ikhlas. Dengan kata lain istiqomah hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran.
2. Istiqomah lisan, dalam hal ini memelihara lisan atau tutur kata dan senantiasa berkata benar dan jujur, setepat kata hati yang berpegang pada prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-muka.
Istiqomah lisan terdapat pada orang yang beriman, berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah Taala. Firman Allah Taala:
"….Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat….." (Q.S. Ibrahim : 27)
3. Istiqomah perbuatan, tekun bekerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja usaha untuk mencapai kejayaan yang di ridhai Allah. Dengan kata lain istiqomah perbuatan merupakan sikap dedikasi dalam melakukan sesuatu pekerjaan, perusahaan atau perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah semangat, atau putus asa. Sikap ini menjadi begitu rupa karena dorongan hati yang istiqomah.
Membentuk Sikap Istiqomah
Bagaimana membentuk sikap istiqomah? Berikut ini unsur-unsur yang dapat kita tanamkan pada diri kita.
1. Niat yang kuat untuk mencapai kehidupan di dunia dan akhirat
2. Semangat dan daya juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus asa.
3. Prinsip yang benar berasaskan Al-Qur'an dan hadits Rasulullah saw.
4. Ilmu dan amal yang cukup
5. Strategi yang tepat.
6. Upaya yang terus dalam perjuangan
7. Yakin kepada takdir dan janji Allah Ta'ala
8. Berdoa dan bertawakal.
9. Bersyukur dan ridha.
Setelah kita memahami tentang nilai istiqomah, bahwa sebuah keteguhan untuk tetap berada dijalan yang lurus, bersungguh-sungguh mengejar dan mencari ridho Allah dalam setiap aktivitas kita, terkadang kita dihadapkan pada satu kondisi yang memaksa kita untuk meninggalkan keistiqomahan tersebut. Padahal istiqomah menuntut kita untuk selalu melahirkan amal-amal yang sama atau konsisten dari waktu ke waktu. Sehingga menuntut orang-orang yang beristiqomah untuk terus melakukan amal-amal terbaiknya dalam berbagai kondisi apapun yang saat itu terjadi dalam kehidupannya, tanpa ada alasan. Karena alasan atau 'udzur itu telah terpatahkan dengan turunnya surah At-Taubah ayat ke 41, Berangkatlah dalam keadaan ringan ataupun berat. Kemudian dalam surah Ali Imron : 133-134, Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang yang berinfaq baik ketika lapang maupun ketika sempit…. Kiranya dua ayat tersebut cukup mewakili sebagai jawaban atas alasan-alasan yang mungkin menjadi pembenaran bagi kita saat tidak istiqomah.
H Amin Sentosa
Comments
Post a Comment