Kenapa Pria Irlandia Ini Ngotot ke Gaza?
LATAKIA, Ahad (Sahabatalaqsha.com): Bagi Tony Upton, pria Irlandia berusia 50 tahun, ikut konvoi Lifeline to Gaza bukan cuma urusan membela rakyat Gaza yang sedang tertindas. Ini urusan agama. "Kami orang-orang Katolik di Belfast membela Palestina yang dijajah, sedangkan orang-orang Protestan Unionist membela Israel yang penjajah," tuturnya siang tadi kepada Sahabat Al-Aqsha.
Menurut Tony, rakyat Katolik Irlandia menganggap orang Palestina khususnya Gaza, senasib seratus persen dengan Irlandia yang "dijajah" Inggris. Tony bahkan menggambarkan, meski bentrokan berdarah sudah banyak berkurang antara kedua sekte Kristen di negerinya itu, "Kami masih hidup terpisah meskipun bertetangga. Halaman rumah orang Katolik tidak boleh dimasuki orang Protestan. Kalau sampai terjadi, pasti ribut," katanya.
Meski usianya sudah setengah abad, penampilan pria bule berbadan kekar ini masih seperti remaja. Berkaos sepak bola hijau cerah, bercelana sporty selutut, dan berkacamata pelangi Carrera. Yang menarik, kata pertama yang diucapkannya kepada Sahabat Al-Aqsha adalah, "As-Salaamu'alaykum…!"
Perkenalan itu terjadi saat Tony mondar-mandir di barak militer Tala'a di kota pantai Latakia, sebelah Barat Laut Syria, tempat menginap para peserta konvoi Lifeline to Gaza.
Rencananya, konvoi 156 kendaraan berbagai ukuran yang mulai dari London, menembus Eropa dan Turki ini akan berlayar dari Latakia Sabtu mendatang menuju pelabuhan Al-Arisy, Mesir, untuk selanjutnya masuk ke Jalur Gaza.
Tangannya memanggul sebuah tongkat bambu ramping dan panjang, tempat bergantung tiga lembar bendera berukuran besar: Irlandia, Palestina, dan Turki. Kenapa bendera Turki "Bulan Bintang Putih berlatar Merah" juga dibawa-bawanya?
"Ini untuk menghormati sembilan Syuhada kapal Mavi Marmara," ujarnya dengan wajah serius.
Tony mengaku pertama kali jatuh simpati pada rakyat Palestina, ketika bulan September tahun 2000 ia menyaksikan video mengenaskan, yang beredar di seluruh dunia lewat Internet. Adegannya menggambarkan bocah Palestina Muhammad Al-Durrah dan ayahnya ditembaki tentara Israel meskipun sudah berlindung di balik tembok dan berteriak-teriak menyerah. Dura mati. Jenazahnya terkapar di pangkuan ayahnya. Lalu ayahnya pingsan.
"Waktu meenyaksikan video itu dada saya mendidih. Tiba-tiba saya merasa, kami di Irlandia yang juga dijajah, menjadi satu darah dengan rakyat Palestina," kenangnya dengan suara rendah dan bergetar. "Saya ayah dari tujuh anak, saya bisa merasakan hancurnya hati ayah anak bernama Durrah itu," imbuhnya.
Peristiwa kedua yang paling menggugahnya adalah serangan tentara bajak laut Israel terhadap kapal Mavi Marmara, bulan Mei silam. Saat hadir dalam presentasi yang disampaikan Ken O'Keefe, warga Irlandia bekas Marinir AS yang ikut di kapal itu dan disiksa oleh tentara Israel sampai berdarah-darah, ia langsung mendekati Ken, lalu bertanya, "Kapan ada konvoi lagi? Saya mau ikut."
Menurutnya, perjalanan menembus blokade militer Israel atas Gaza ini harus ada yang melakukan. Jika tidak, "berarti kita membiarkan tukang zhalim seperti Israel menguasai dunia."
Tadi siang, di Latakia, Tony dengan bangga memperlihatkan minibus yang disupirinya dari London ke kota pinggir laut Mediterania itu. Kendaraan itu didesain khusus untuk mengangkut para penderita cacat pengguna kursi roda. Selain kursi roda dan mobilnya, bersama lima temannya dari Irlandia, Tony juga membawa berbagai perlengkapan rumah sakit seperti obat-obatan dan peralatan operasi.
Ia juga mengangkut alat olah raga tradisional Irlandia, Hurling. Olah raga mirip hoki ini menggunakan pemukul seperti palu berukuran besar dengan jumlah pemain 30 orang untuk dua tim yang berhadapan. "Kami mau menjadikan satu sekolah di Belfast, dan satu di Gaza, menjadi sekolah kembar lewat olah raga ini," jelasnya.
Setelah bertukar alamat email, Tony berlalu lagi. Tiga lembar bendera melambai-lambai di tongkat yang berada di pundak kanannya yang kekar. Kita doakan Tony diberi Allah hidayah lewat perjalanan ini. (BA/Sahabat Al-Aqsha)
--
Comments
Post a Comment