10 Menjadi Karang
Seri : La Tahzan...
Apa yang menyebabkan Ali bin Abi Thalib tidak gentar sama sekali untuk menggantikan posisi tidur Rasulullah demi mengelabui orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah?
Juga ketika Khalid bin Walid berkata kepada orang-orang Romawi yang berlindung di benteng di Kinnasrin, "Andaikata kalian bersembunyi di langit, niscaya kuda-kuda kami akan memanjat langit untuk membunuh kalian. Andaikata kalian berada di perut bumi, niscaya kami akan menyelami bumi untuk membunuh kalian," apakah yang memompa darah sang Pedang Allah tersebut hingga merasa seyakin itu?
Atau saat mendengar sabda Rasulullah selepas perang Uhud ini, "Tidak kulihat ke kiri dan ke kanan kecuali kulihat Ummu Imaroh (Nasibah binti Kaab) berperang melindungiku," terlintaskah tanya bagaimana seseorang dapat seberani itu?
Bagiku tidak ada penjelasan yang lebih logis bagi ketiga pertanyaan tersebut selain penyerahan total dari Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, dan Nasibah binti Kaab kepada Allah 'Azza wa Jalla. Percaya bahwa setiap diri memang akan kembali ke hadirat-Nya. Tiada ragu bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan dan keniscayaan-Nya.
Rabbana, damai nian tampaknya jika hati-hati kami dipenuhi keyakinan seperti itu. Kujamin tidak akan ada episode ketika kami lari dari masalah karena terlalu takut menghadapinya. Juga tidak akan ada malam-malam yang kami habiskan dengan kekhawatiran segala sesuatu akan berubah –tidak seperti apa yang kami rencanakan. Pun tidak mungkin terjadi kisah-kisah mereka yang memilih menghabisi hidupnya karena kehabisan stok harapan.
Sesilam lalu, aku pernah sangat menyenangi lagu-lagu Linkin Park, sebelum sadar tidak ada alunan yang lebih indah nan menentramkan dibandingkan lantunan puji bagi Allah. Salah satu lagu mereka berjudul 'Easier to Run'. Liriknya antara lain berbunyi, "It's easier to run, replacing this pain with something numb. It's so much easier to go than face all this pain here all alone."
Padahal ternyata, percayalah, lari dari masalah justru akan menambah masalah baru lainnya. Masalah akan terus datang, seperti ombak yang menderu menerpa. Rintangan akan menghadang tiba-tiba, bagaikan badai yang menghempas mendera. Rasa takut dan kecut juga tiada henti menggerogoti seakan arus terdalam laut yang tak terlihat, tapi mematikan. Karena itu, marilah menjadi karang yang tegak berdiri menantang itu semua. Kukuh, yakin bahwa Allah tidak akan memberi seseorang ujian di luar kesanggupannya. Lagipula, siapa bilang kita akan 'here all alone' seperti lirik Linkin Park tersebut? Allah selalu ada di mana pun kita, bagaimana pun kita. Ia bahkan lebih dekat dari nadi di dalam tubuh kita.
Aku pun berjanji bahwa salah satu nasihat yang pasti akan kusampaikan kepada anak-anakku nanti adalah untuk tidak risaukan kekhawatiran yang menyusup ke dalam hati dan pikiran. Mereka adalah pembuang waktu dan pembunuh produktivitas kelas kakap. Untuk apa merasa gundah tentang masa depan? Allah akan selalu memberi kita segala yang terbaik. Ia adalah Sang Maha Perencana yang keindahan rencana-Nya tidak perlu diragukan.
Terhadap semua yang telah berlalu, yakinlah bahwa itu adalah yang terbaik menurut Allah. Jangan mengira sesuatu terlihat bagaimana adanya. Tidak semua kemalangan atau kegagalan adalah buruk. Allah pasti menyimpan hikmah di dalamnya dan menyiapkan pengganti nan jauh lebih baik daripada yang mampu kita bayangkan. "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
Akan tetapi bila berbicara tentang masa depan, kita harus optimis dan percaya bahwa cita-cita kita akan terkabul karena Allah selalu mengikuti prasangka hamba-Nya. Jika kita selalu berfokus pada kemungkinan gagalnya rencana dan sirnanya harapan, mungkin saja itulah yang justru akan terjadi. Sebaliknya, kalau kita terus memusatkan keyakinan bahwa apa yang kita inginkan pasti terwujud, itulah yang insya Allah akan menjadi nyata.
Namun perlu diingat juga bahwa kalimat 'Allah mengikuti prasangka hamba-Nya' bermakna sangat dalam. Kita harus benar-benar membeningkan hati, lalu bersangka baik pada apa pun yang Allah tetapkan bagi kita. Allah memang telah menggariskan rezeki, ajal, amal perbuatan, dan kebahagiaan maupun kesengsaraan dalam hidup kita sejak ruh kita ditiupkan. Namun itu tidak berarti kita boleh putus asa kala sedang dirundung musibah, kesulitan, atau kegagalan. Ada satu bait indah gubahan penyair Islam yang sangat terkenal, Muhammad Iqbal, "Bila garis nasib melukai hatimu, mintalah pada Tuhan nasib yang lain, dan permintaanmu akan nasib baru adalah patut karena Tuhan menciptakan nasib tak terhingga banyaknya."
DR. 'Aidh al-Qarni dalam buku 'La Tahzan' karangannya yang fenomenal menulis, "Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepada-Nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabb-nya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah."
Subhanallah, tidak henti-hentinya kutasbihkan nama-Mu, ya Allah. Ternyata indah sekali hidup dalam naungan Iman dan Islam. Dengan Allah sebagai pemberi petunjuk dan penolong, aku tidak perlu lagi merasa gundah, khawatir, takut, dan putus asa. Karena sungguh, hasbunallah wa ni'mal wakiil; cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Dia sebaik-baik pelindung.
Apa yang menyebabkan Ali bin Abi Thalib tidak gentar sama sekali untuk menggantikan posisi tidur Rasulullah demi mengelabui orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah?
Juga ketika Khalid bin Walid berkata kepada orang-orang Romawi yang berlindung di benteng di Kinnasrin, "Andaikata kalian bersembunyi di langit, niscaya kuda-kuda kami akan memanjat langit untuk membunuh kalian. Andaikata kalian berada di perut bumi, niscaya kami akan menyelami bumi untuk membunuh kalian," apakah yang memompa darah sang Pedang Allah tersebut hingga merasa seyakin itu?
Atau saat mendengar sabda Rasulullah selepas perang Uhud ini, "Tidak kulihat ke kiri dan ke kanan kecuali kulihat Ummu Imaroh (Nasibah binti Kaab) berperang melindungiku," terlintaskah tanya bagaimana seseorang dapat seberani itu?
Bagiku tidak ada penjelasan yang lebih logis bagi ketiga pertanyaan tersebut selain penyerahan total dari Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, dan Nasibah binti Kaab kepada Allah 'Azza wa Jalla. Percaya bahwa setiap diri memang akan kembali ke hadirat-Nya. Tiada ragu bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan dan keniscayaan-Nya.
Rabbana, damai nian tampaknya jika hati-hati kami dipenuhi keyakinan seperti itu. Kujamin tidak akan ada episode ketika kami lari dari masalah karena terlalu takut menghadapinya. Juga tidak akan ada malam-malam yang kami habiskan dengan kekhawatiran segala sesuatu akan berubah –tidak seperti apa yang kami rencanakan. Pun tidak mungkin terjadi kisah-kisah mereka yang memilih menghabisi hidupnya karena kehabisan stok harapan.
Sesilam lalu, aku pernah sangat menyenangi lagu-lagu Linkin Park, sebelum sadar tidak ada alunan yang lebih indah nan menentramkan dibandingkan lantunan puji bagi Allah. Salah satu lagu mereka berjudul 'Easier to Run'. Liriknya antara lain berbunyi, "It's easier to run, replacing this pain with something numb. It's so much easier to go than face all this pain here all alone."
Padahal ternyata, percayalah, lari dari masalah justru akan menambah masalah baru lainnya. Masalah akan terus datang, seperti ombak yang menderu menerpa. Rintangan akan menghadang tiba-tiba, bagaikan badai yang menghempas mendera. Rasa takut dan kecut juga tiada henti menggerogoti seakan arus terdalam laut yang tak terlihat, tapi mematikan. Karena itu, marilah menjadi karang yang tegak berdiri menantang itu semua. Kukuh, yakin bahwa Allah tidak akan memberi seseorang ujian di luar kesanggupannya. Lagipula, siapa bilang kita akan 'here all alone' seperti lirik Linkin Park tersebut? Allah selalu ada di mana pun kita, bagaimana pun kita. Ia bahkan lebih dekat dari nadi di dalam tubuh kita.
Aku pun berjanji bahwa salah satu nasihat yang pasti akan kusampaikan kepada anak-anakku nanti adalah untuk tidak risaukan kekhawatiran yang menyusup ke dalam hati dan pikiran. Mereka adalah pembuang waktu dan pembunuh produktivitas kelas kakap. Untuk apa merasa gundah tentang masa depan? Allah akan selalu memberi kita segala yang terbaik. Ia adalah Sang Maha Perencana yang keindahan rencana-Nya tidak perlu diragukan.
Terhadap semua yang telah berlalu, yakinlah bahwa itu adalah yang terbaik menurut Allah. Jangan mengira sesuatu terlihat bagaimana adanya. Tidak semua kemalangan atau kegagalan adalah buruk. Allah pasti menyimpan hikmah di dalamnya dan menyiapkan pengganti nan jauh lebih baik daripada yang mampu kita bayangkan. "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
Akan tetapi bila berbicara tentang masa depan, kita harus optimis dan percaya bahwa cita-cita kita akan terkabul karena Allah selalu mengikuti prasangka hamba-Nya. Jika kita selalu berfokus pada kemungkinan gagalnya rencana dan sirnanya harapan, mungkin saja itulah yang justru akan terjadi. Sebaliknya, kalau kita terus memusatkan keyakinan bahwa apa yang kita inginkan pasti terwujud, itulah yang insya Allah akan menjadi nyata.
Namun perlu diingat juga bahwa kalimat 'Allah mengikuti prasangka hamba-Nya' bermakna sangat dalam. Kita harus benar-benar membeningkan hati, lalu bersangka baik pada apa pun yang Allah tetapkan bagi kita. Allah memang telah menggariskan rezeki, ajal, amal perbuatan, dan kebahagiaan maupun kesengsaraan dalam hidup kita sejak ruh kita ditiupkan. Namun itu tidak berarti kita boleh putus asa kala sedang dirundung musibah, kesulitan, atau kegagalan. Ada satu bait indah gubahan penyair Islam yang sangat terkenal, Muhammad Iqbal, "Bila garis nasib melukai hatimu, mintalah pada Tuhan nasib yang lain, dan permintaanmu akan nasib baru adalah patut karena Tuhan menciptakan nasib tak terhingga banyaknya."
DR. 'Aidh al-Qarni dalam buku 'La Tahzan' karangannya yang fenomenal menulis, "Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepada-Nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabb-nya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah."
Subhanallah, tidak henti-hentinya kutasbihkan nama-Mu, ya Allah. Ternyata indah sekali hidup dalam naungan Iman dan Islam. Dengan Allah sebagai pemberi petunjuk dan penolong, aku tidak perlu lagi merasa gundah, khawatir, takut, dan putus asa. Karena sungguh, hasbunallah wa ni'mal wakiil; cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Dia sebaik-baik pelindung.
…
Biar. Biar saja dunia tak memihakku. Karena sungguh, hasbika. Hasbika, ya Rabbi.
Selama Kau ada, maka yang lain biar saja tiada. Biar. Sepanjang Anta ma'i.
Biar sepi. Biar! Asalkan Kau tetap di sisi.
: Karena ramai tanpa-Mu terasa jauh lebih sunyi.
Selama Kau ada, maka yang lain biar saja tiada. Biar. Sepanjang Anta ma'i.
Biar sepi. Biar! Asalkan Kau tetap di sisi.
: Karena ramai tanpa-Mu terasa jauh lebih sunyi.
sumber : gua hira dalam jiwa
Comments
Post a Comment