Tak Bersedih Berkepanjangan

Seri : Tafakur

Penulis : Aris Solikhah


''Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada diri sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadiid : 22).


Terkadang manusia dalam menjalani hidupnya tak selalu mendapatkan keinginan yang dicita-citakan. Rencana dan impian tertata apik terburai percuma. Usaha keras sekuat tenaga pun seakan tak berdaya apa-apa, menyisakan kepingan-kepingan duka dan kekecewaan.
Banyak juga di antara manusia merasa hidup tak beruntung. Memiliki masa lalu kelam dan pengalaman pahit. Atau, setidaknya dalam perjalanan hidup kita, pernah mengalami masa yang menyesakkan dada, terhimpit beban berat, membuat kesedihan tak berujung. Misalnya bisnis yang merugi karena kesalahan mengambil keputusan, studi berantakan, keluarga broken home, himpitan ekonomi, bencana alam melanda, dan sebagainya.


Mengingat peristiwa lampau tersebut terkadang membuat orang tersebut merasa lemah, terus terbelenggu, dan tak berdaya. Karena itu, Rasulullah melarang seseorang menyesali berlebihan dengan mengandai-andai. Rasulullah bersabda, "Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan, 'Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini.' Katakanlah, 'Allah telah menakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi.' Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan." (HR. Bukhari).


Lebih jelas dalam surat At-Taubah ayat 51, Allah berfirman, "Katakanlah, sekali-kali tidak ada yang menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dia-lah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
Manusia itu begitu lemah. Segala marabahaya dan bencana, semuanya telah ditetapkan Allah sebelum penciptaan manusia. Dengan meyakini hal ini, semata-mata manusia akan merasa takjub pada kebesaran dan kekuasaanNya. Bukan berarti kemudian kita pasrah menyikapi bencana yang menimpa. Karena, kebahagian dan kesedihan yang datang silih berganti bukan tanpa suatu maksud. Namun, agar kita lebih bersyukur, berempati pada orang lain, meraup hikmah dan amal tiada terkira. Sungguh, tak patut manusia berputus asa karena derita yang bertubi-tubi. Serta tak layak pula dia berubah sombong bila menerima suatu keberhasilan dan kesuksesan.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenai Masjid Al Mukarramah

Ucapan Lemah Lembut pada Orang Tua

Malu Pada Subuh Mereka